Wednesday, July 20, 2011

Sssstt, Jangan Bilang Siapa-siapa ya

Seperti headline di atas, demikianlah juga tentang cerita ini. Sebuah cerita tentang rahasia besar di salah satu keluarga di perumahan itu. Ada apa sih? Ada apa sih?

Sekilas, nggak kelihatan sesuatu yang aneh pada keluarga itu. Keluarga dengan suami yang kebetulan sedang jobless yang sehari-hari hanya di rumah saja, istri yang bekerja, 2 anak balita (cewek, cowok) dan seorang asisten yang masih single..

Tapi ternyataaaa, rumah tangga mereka sedang dalam masalah gawat, nyaris berujung pada perceraian. Saat itu, si suami dan istri pun sudah pisah rumah. Pisah rumah lho ya, bukan cuma pisah kamar. Tapi hebatnya, nggak ada seorang pun tetangga yang tahu. Anak-anaknya pun nggak tahu kalau ayah dan ibu mereka pisah rumah. Yang tahu cuma si asisten rumah tangga dan seorang tukang ojek langganan si istri. Koq bisa?

Jadi begini ceritanya. Setiap sore sepulang dari kantor, seperti biasa si ibu akan pulang ke rumah. Menemani anak-anaknya main, ngobrol ngalor ngidul dengan tetangga-tetangga dan menidurkan kedua anaknya yang masih balita sampai nyenyak betul. Larut malam, si ibu akan pergi dari rumah tersebut dengan tukang ojek langganan untuk pulang ke rumah orang tuanya. Jadi di rumah setiap malam hanya ada si suami, 2 anak balita dan si asisten rumah tangga.

Tiap pagi saat anak-anaknya bangun dan nggak menemukan ibunya, saat itulah si asisten akan berbohong pada anak-anak dengan mengatakan bahwa ibu mereka sudah berangkat kerja pagi benar saat mereka belum bangun.

Begitu terus setiap hari, selama hampir setahun. Rahasia itu pun tetap terjaga hingga sekian tahun setelah kejadian tersebut. Untunglah akhirnya si ibu dan ayah rujuk lagi dan memutuskan untuk tetap bersama demi kedua anak-anak mereka. Moga-moga mereka tetap bersama selamanya ya. Amiiin.

Ku Kembalikan Sampahmu Padamu

Ketenangan di salah satu blok di sektor perumahan itu mendadak terganggu, saat salah seorang pemilik rumah yang sudah sekian tahun nggak tinggal di rumah itu, tiba-tiba aja merenovasi rumahnya yang hampir ambruk. Sebenernya nggak masalah sih kalau ada pemilik rumah yang ingin merenovasi rumahnya. Yang jadi masalah adalah karena kegiatan merenovasi itu tanpa permisi-permisi dulu pada tetangga kanan-kiri, depan-belakang.

Yang paling menderita sih penghuni rumah yang rumahnya persis di depan rumah yang lagi renovasi. Why? karena si tetangga yang lagi merenovasi itu, dengan seenak udelnya membuang sampah puing-puing bangunannya di jalan, tempat keluar masuk si penghuni rumah depan. Jadilah si penghuni depan susah memasukkan dan mengeluarkan mobilnya, karena sampah puing yang segunung itu sudah memakan 1/2 badan jalan. Tambahan lagi setiap hari banyak anak-anak kecil yang main di jalan itu. Kebayang nggak kalo ada anak yang main di sekitar situ dan kakinya menginjak paku berkarat?

Lama-lama si penghuni rumah depan ini kesel juga. Terlebih karena ini adalah kejadian ketiga kalinya si tetangga mencari gara-gara dengannya. Akhirnya di suatu pagi, saat mobilnya nggak bisa keluar karena ada sampah puing segunung, dia pun menemui mandor tukang di rumah itu. dengan baik-baik, si penghuni rumah depan minta supaya sampah puing di jalan depan rumahnya dibuang. Mau tahu apa jawaban si mandor? "Wah itu sih bukan urusan saya bu". Lalu si mandor balik kerja lagi dengan acuh tak acuh.

Oalah, si penghuni rumah depan bener-bener kesel mendengarnya. Sementara si pemilik rumah yang lagi direnovasi itu juga nggak setiap hari datang. Tukang sampah pun nggak akan mau mengangkat sampah itu. Karena sudah ada kesepakatan tertulis bahwa sampah yang diangkut hanyalah sampah rumah tangga, bukan sampah puing.

Lantas bagaimana akhirnya? Saking kesalnya, si penghuni rumah depan pun langsung membayar tukang sampah untuk mengangkut sampah puing yang menutupi jalannya. Untuk dibuang ke tempat pembuangan kah? ternyata bukan sodara-sodara. sampah-sampah puing itu memang diangkut oleh tukang sampah. tapi ternyata untuk dibuang lagi ke halaman rumah yang sedang direnovasi. Koq bisa? Ya bisa lah. Kan pagarnya pendek. Jadi nggak susah deh ngebuang sampah puing melalui pintu pagarnya. Huahahahaha. Two thumbs up deh buat si penghuni rumah depan. :-))