Monday, July 27, 2009

Satu...satu...aku sayang ayah

Lagu apa hayo yang paling sering diajarin ke bayi-bayi atau anak-anak balita? Yup, itu lho, lagu "Satu...satu aku sayang Ibu". Inget kan, inget dong syairnya?

Satu...satu...aku sayang Ibu
Dua...dua...aku sayang Ayah
Tiga...tiga...sayang Adik, Kakak
Satu...Dua...Tiga...sayang semuanya

Nah itu lagu yang sesuai pakem. Kalo yang nggak sesuai pakem? Jadi gini nih, "Satu...satu...aku sayang Ayah", seperti yang biasa diajarkan oleh seorang babysitter kepada anak majikannya, di depan ataupun di belakang sang majikan.

Yang mendengarnya sekilas saja, mungkin akan berpikir bhawa itu adalah suatu kebetulan yang tidak disengaja. Tapi usut punya usut, ternyata itu adalah suatu kebetulan yang disengaja. Huehehehehe. Bingung?

Ternyataaaaaa...menurut cerita rumput yang bergoyang, si babysitter niey diam-diam naksir majikan cowo'nya. Huahahahaha. Nggak heran deh kalo terus liriknya jadi "Satu...satu...aku sayang Ayah".

 

Wednesday, July 15, 2009

Drama Maid

Kalo sebelumnya ada istilah "Drama Queen", nah kayaknya sekarang perlu ditambah dengan istilah baru tuh, "Drama Maid". Ada gituh? Ada doong.

Ceritanya begini. Alkisah di sebuah rumah yang sering banget gonta-ganti asisten rumah tangga, akhirnya terdamparlah seorang asisten yang umurnya kira-kira 37 tahun-an. Ibu-ibu tanpa anak, bersuami (suaminya di desa). Di rumah itu, dia  kerja barengan sama seorang asisten lainnya. Masih gadis, 19 tahunan dan cantik. Si Gadis lebih dulu ada di rumah keluarga itu.

Entah si Gadis terlalu merasa berkuasa sebagai asisten yang lebih dulu ada atau si asisten setengah tua ini yang terlalu sensi. Baru hari pertama kerja, dia langsung minta diantarkan pulang ke rumah saudaranya. Plus nangis-nangis pula. Plus udah beberes tas-tasnya. Plus bikin shock majikannya yang baru aja pulang kerja.

Akhirnya gonjang ganjing di hari pertama pun berakhir damai setelah kedua orang itu didamaikan oleh majikannya. Hari pun berganti hari. Ternyata diam-diam, dia masih belum sepenuhnya berdamai dengan si Gadis. Tiap hari, tiap ada waktu, dia selalu aja nyari celah dan kesempatan buat mengadukan si Gadis kepada majikannya. Mulai dari si Gadis yang nggak mau mencuci piring sampai si Gadis yang hobi telpon-telponan. Plus tiap kali pula dia selalu mengancam akan pulang dan berhenti kerja, kapan pun dia mau. Pusinglah majikan.

Sampai suatu hari, di minggu ke-2 dia kerja, seharian dia nangis lagi dan bilang mo pulang ke kampung. Ada apakah gerangan? Berantem lagikah? Bukaaaan. Ternyata katanya lehernya sakit, buat ngomong aja susah. Jadilah si majikan menawarkan si asisten ini buat ke dokter dengan janji biaya dokter dan obat akan ditanggung 100%. Tapi dia tetap nggak mau. Tetep nangis-nangis dengan wajah sangat menderita dan malah nelpon sodaranya buat ngejemput. Wuiiih, pusing tujuh keliling lah si majikan. Hari gini mesti nyari asisten lagi? Tobat deh!

Akhirnya setelah dibujuk-bujuk, mau juga si asisten ke dokter. Ternyata memang penyakitnya berat banget. Nggak heran deh kalo dia nangis-nangis seharian. Mo tau apa penyakitnya? Jantungkah? Kanker? Ssst, jangan bilang siapa-siapa ya. Takut dianggap mencemarkan nama baik. Penyakitnya ternyata RADANG TENGGOROKAN. Doang. Heuh.

 





 


Monday, July 13, 2009

Ini musikku, mana musikmu?

Siang yang panasnya begitu bling-bling, semakin bling-bling dengan hentakan musik dan nyanyian sekelompok manusia yang asik berkaraoke di rumah pojokan itu. Ada acara apakah gerangan? Pesta? Di siang bolong? 

Balita-balita di kanan kiri dan depan rumah tersebut, yang biasanya mereka tidur siang, mendadak rewel karena berisik. Tetangga-tetangga mulai geram. Mau menegur, koq ya sungkan. Nggak ditegur, koq ya nggak punya perasaan membiarkan tetangga kanan-kiri mengalami polusi suara sedemikian hebohnya di siang bolong itu.

2 jam berlalu. Babysitter dan pembantu rumah tangga masih tetap sibuk berusaha menenangkan bayi-bayi dan balita yang rewel. Saat adzan Ashar menggema, suara musik tak juga reda.

Mendadak suami dari salah seorang penghuni di blok itu, pulang dari kantor dan menemukan pembantunya di pinggir jalan sedang menggendong anaknya yang rewel. Sementara hentakan musik masih terus terdengar dan makin keras.

Si Lelaki itu pun bergegas masuk ke dalam rumahnya dengan wajah yang super duper merah menahan amarah. Tak lama berselang, ia keluar lagi ke teras rumahnya dan menaruh tape-nya di teras. Lalu dengan sengaja, diputarnya musik yang keluar dari tape-nya dengan sekeras-kerasnya. Pol-pol an lah pokoknya.

Selesai? Belum sodara-sodara! Si Lelaki tadi lalu mengeluarkan motornya dan segera mengajak si balitanya pergi. Meninggalkan tape-nya yang memekakkan telinga, bersahut-sahutan dengan musik dari rumah tetangganya. WOW!

Tinggallah para tetangga di kanan-kirinya menggeleng-gelengkan kepala mereka. 

Gembok itu

Saat kepala terangguk-angguk menahan kantuk di bis di tengah kemacetan Jakarta sore menjelang malam itu, tiba-tiba nada dering SMS masuk mengagetkan si ibu muda.
"mbak, tolong telpon saya, sekarang. penting!" pesan di SMS yang masuk tanpa diundang.

Si ibu muda, kita sebut saja namanya Jeng Moody (karena dia orangnya mut-mut an, bukan hobi ngemut lho ya :P ) mendadak deg-deg an. Pikiran buruk langsung menyergapnya. Jantungnya berdetak lebih cepat.
"Jangan...jangan...", begitu pikirnya.

Dengan tergesa, si Jeng Moody buru-buru menelpon nomor HP tetangganya, si Ibu Heboh yang mengirim SMS barusan. 
"Tak gendong, kemana-mana. Tak gendong, kemana-mana". Ring back tone Mbah Surip yang sekarang lagi terdengar di mana-mana itu, menderu-deru di telinga si jeng Moody. 

Semenit, dua menit berlalu. Sampai menjelang si Gendong berakhir, barulah terdengar suara Ibu Heboh.
"Jeng Mood, lagi otw back home ya?" tanyanya sumringah.
"Iya, ada apa bu? Ada masalah di rumah saya?" tanya Jeng Moody tak bisa menyembunyikan deg-deg annya.
Si ibu Heboh berdehem. Seolah ingin mengatakan kepada Jeng Moody bahwa apa yang akan diceritakannya adalah suatu cerita yang maha penting sehingga sudah sewajarnya Jeng Moody yang biasanya pikir-pikir panjang untuk menghabiskan pulsa, menelponnya dan mendengarkan ceritanya.

"Gini lho Jeng. Suami Jeng Moody kelihatannya sekarang lebih sering parkir mobil di luar pagar ya?" tanya Ibu Heboh.
Jeng Moody mengiyakan.
"Eh, hati-hati lho Jeng. Kayaknya semalem aku ngeliat ada orang mengendap-endap gitu ke dekat mobil jeng Moody. Terus jam 2 an gitu, aku denger anjing melolong-lolong dan kayaknya sih ngejar seseorang yang terus lompat ke pagar pembatas sama kampung", urai Ibu Heboh panjang lebar.

"Ooo", Jeng Moody bernafas lega. Tadinya dia berpikir bahwa ada sesuatu yang gawat terjadi di rumahnya.
"Ya kalau begitu nanti saya minta suami saya buat parkir mobil di carport deh bu. Demi keamanan ya" kata Jeng Moody.
"Iya lho Jeng. Jangan sampai kita kemalingan. Kalau rumah aku sih Insya Allah aman. Soalnya aku pakai gembok yang aku beli di luar negeri. Maling nggak mungkin bisa bongkar. Soalnya gembok aku tuh beda sama gembok yang ada di sini. Jadi aku tenanglah naruh sepeda lipat yang mahal itu di teras rumah" cerita si Ibu heboh panjang lebar tentang gemboknya.

Dan kini Jeng Moody pun sadar, bahwa pulsanya malam ini harus terbuang percuma demi cerita tentang sebuah gembok dari luar negeri. Huehehehee.